 |
Kredit Gambar: nurularifin.com |
Ini tulisan saya di tahun 2011...
Orang-orang yang terjangkit AIDS atau di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan ODHA (Orang Dengan HIV / AIDS) sebetulnya mengetahui dengan pasti bahwa hidupnya tidak akan lagi berlangsung lama. Biasanya rentang sisa usia ODHA adalah antara satu hingga dua tahun atau tiga hingga empat tahun.
Di Thailand ditemukan suatu perkampungan yang semua penduduknya merupakan ODHA. Ini merupakan suatu hal yang tidak lazim. Perkampungan ini lebih tampak seperti “tempat pembuangan” ODHA. Disana, ODHA yang telah lama terjangkit dan kondisi fisiknya sudah sangat parah –sebut saja ODHA X- dirawat dan diurus oleh ODHA lain yang belum lama terjangkit –sebut saja ODHA Y- . ODHA X hanya mampu terbaring di tempat tidur dengan kondisi fisik yang sangat memprihatinkan. Ketika sistem imun tubuh ODHA X sudah tidak lagi mampu membentengi serangan-serangan AIDS, maka ajal pun menjemputnya.
Kelak akan tiba saatnya ketika ODHA Y yang sebelumnya merawat dan mengurus ODHA X, mendapati dirinya berada dalam situasi dan kondisi seperti yang dialami oleh ODHA X. Jika digambarkan ke dalam sebuah grafik, maka kekuatan AIDS dan sistem imun itu berbanding terbalik. Dugaan sementara yang dapat diambil dari permasalahan ini adalah terdapat semacam siklus yang dialami oleh para penduduk di perkampungan tersebut. Jika diperhatikan dengan seksama, secara tidak langsung siklus ini mengantarkan ODHA menuju kematian dengan serangkaian penderitaan yang harus dilalui terlebih dahulu.
Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk menghentikan siklus ini adalah dengan cara menghentikan pengiriman ODHA ke perkampungan tersebut. Bahkan jika ditinjau dari segi kemanusiaan, keberadaan perkampungan khusus ODHA ini melenceng dari nilai-nilai kemanusiaan. ODHA yang semestinya mendapatkan perawatan khusus dari tenaga ahli, malah dibuang dan diurus oleh orang-orang yang juga berstatus ODHA.
Ketika ODHA dicap orang sebagai sampah masyarakat yang harus dikucilkan, maka ini merupakan suatu indikasi yang menunjukkan bahwa persepsi orang tentang ODHA perlu diluruskan. ODHA bukanlah “sampah masyarakat” yang harus dikucilkan. Namun memang tidak dapat dipungkiri juga bahwa ODHA perlu mendapat perlakuan khusus. Salah satu contoh nyata dari perlakuan khusus ini adalah dengan menempatkan mereka di tempat yang memiliki tenaga ahli, semacam panti rehabilitasi atau tempat karantina. Bahkan tidak tertutup kemungkinan bahwa di panti rehabilitasi atau tempat karantina kelak akan ditemukan suatu vaksin, serum atau semacamnya oleh tenaga ahli yang bertugas menangani ODHA di sana. Wallahu ‘alam.