Di dalam percakapan sehari-hari, bahkan di dalam pemberitaan yang disajikan oleh para reporter, anchor dan juga di dalam diskusi para pakar tentang isu yang tengah “in” di kalangan masyarakat, saya kerap menemukan penggunaan kata “hanya saja”. Sepintas penggunaan kata “hanya saja” terdengar benar dan sangat lazim digunakan. Mungkin hal ini terjadi karena kata ini kerap digunakan oleh para reporter, anchor dan pakar di media elektronik.
Di kalangan masyarakat awam, ada asumsi yang berlaku bahwa para reporter dan pakar yang tampil di media elektronik itu dianggap memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, memiliki penguasaan tata bahasa yang baik, dan sebagainya. Namun patut disayangkan bahwa faktanya tidak selamanya reporter, anchor, dan pakar di media elektronik menggunakan kata yang sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia. Sebagai contoh, penggunaan kata “hanya saja” menjadi kata favorit yang digunakan reporter, anchor ataupun pakar untuk menyambung antara satu kalimat dengan kalimat lain.
Melalui tulisan ini, saya mencoba memaparkan pengamatan sederhana saya tentang kata “hanya saja”. Kata “hanya saja” terdiri dari dua kata, yakni kata “hanya” dan kata “saja”. Keduanya memiliki makna yang mirip.
Untuk membuktikannya, mari kita gunakan kedua kata ini secara terpisah pada kalimat-kalimat berikut ini:
“Hanya istrikulah yang mampu menyemangatiku di kala aku sedang jenuh.”
“Istriku sajalah yang mampu menyemangatiku di kala aku sedang jenuh.”
Dari perbandingan dua kalimat di atas dapat kita lihat perbedaan yang kontras dalam segi penempatan kata di dalam kalimat. Kata “hanya” menempati posisi tepat sebelum nomina (istriku) atau kata benda, sedangkan kata “saja” menempati posisi tepat setelah nomina. Namun, meskipun penempatan kata “hanya” dan “saja” di dalam perbandingan kalimat di atas berbeda, keduanya memiliki makna sama.
Kemudian, adapun contoh lain tentang penggunaan kata “hanya” dan kata “saja” adalah sebagai berikut:
A: Mau makan apa kamu sekarang?
B : Sekarang aku hanya ingin makan ayam bakar.
A: Mau makan apa kamu sekarang?
B: Sekarang saya ingin makan ayam bakar saja.
Apakah makna kedua kalimat tersebut sama seperti kedua kalimat tadi? Sekilas memang tampak kedua kalimat itu memiliki makna yang sama. Namun jika kita perhatikan dengan seksama, keduanya memiliki makna yang berbeda. Kalimat pertama memiliki makna bahwa makanan yang ingin subjek “saya” makan adalah ayam bakar dan subjek tidak ingin makan makanan lain selain ayam bakar. Penggunaan kata “hanya” menunjukkan penekanan/penegasan bahwa subjek “saya” benar-benar ingin makan ayam bakar, artinya, nafsu makan subjek “saya” pada kalimat pertama adalah untuk ayam bakar.
Kemudian, kalimat kedua memiliki makna bahwa subjek “saya” ingin makan ayam bakar, namun pemilihan ayam bakar sebagai menu makannya tidak disertai penekanan/penegasan seperti pada kalimat pertama. Pemilihan menu ayam bakar oleh subjek mengisyaratkan bahwa saat itu subjek bersedia makan ayam bakar, karena yang penting pada saat itu adalah “makan ayam bakar aja lah, yang penting sekarang saya makan”.
Dari dua contoh perbandingan kalimat tadi, sudah sudah dapat kita ketahui bahwa secara umum kata “hanya” dan kata “saja” memiliki makna yang cenderung sama. Keduanya akan memiliki makna yang berbeda dalam konteks tertentu saja. Namun, penggunaan kedua kata ini secara bersamaan sebenarnya menyalahi kaidah tata bahasa. Mari kita perhatikan kembali contoh kalimat berikut:
“Timnas Indonesia telah bermain dengan sangat baik. Hanya saja, keberuntungan berpihak pada tim lawan sehingga Timnas Indonesia kalah.”
Kata “namun” atau “tetapi” dapat menggantikan kata “hanya saja” di dalam kalimat tersebut, karena makna “namun” atau “tetapi” mewakili makna yang dimaksud di dalam kalimat tersebut. Namun, entah mengapa penggunaan kata “hanya saja” saat ini seolah-olah sudah menjadi kebiasaan yang sulit dihilangkan.
Demikian yang dapat saya sampaikan. Tulisan ini bukan bermaksud untuk menyudutkan atau mencari-cari kesalahan pihak tertentu, namun tulisan ini merupakan bentuk dari “kegelisahan intelektual” saya atas fenomena yang terjadi saat ini. Saya tunggu komentar yang konstruktif.